“Gerakan Aneh” Vs “Presiden Aneh”
Oleh: Harits Abu Ulya*
Lagi-lagi
Presiden SBY curhat ke publik disaat
suhu politik mulai memanas jelang kenaikan harga BBM. Bisa jadi
keteguhan dan kesabaran SBY menghadapi “ancaman” sudah di titik ambang
pertahanan, atau sebaliknya ia termasuk orang yang tidak liat dengan tekanan.
Akhirnya mudah sekali curhat meminta perhatian publik atas keadaan alam pikiran
dan batinya. Saya sering menyaksikan anak-anak kecil belum siap dengan
persoalan hidup kemudian ia selalu butuh mengadu kepada orang tuanya.Lantas
bagaimana kalau yang suka curhat itu adalah seorang Presiden, curhatnya bukan
kepada komunitas atau orang-orang tertentu tetapi kepada rakyat Indonesia dan
disaksikan rakyat dunia. Kesadaran politik masyarakat pada level akar rumput
terkadang menyikapi curhat presiden hanya dengan berguman “aneh”
tanpa membaca
lebih jauh makna-makna politis yang tersirat didalamnya. Lain soal untuk level
middle class, curhat presiden dipahami banyak menjelaskan problem politik dan
implikasi-implikasinya. Saya mencoba menafsirkan curhatan Presiden SBY kali
ini.
Dalam silaturahim para
elit Partai Demokrat di kediamannya di Cikeas, Bogor, Presiden SBY menyatakan, “Akhir-akhir
ini saya menyimak adanya sejumlah fenomena politik yang kita tentu harus
peduli, tidak boleh apatis.Fenomena politik yang saya maksud ada gerakan
aneh yang saudara juga mengikuti, pokoknya pemerintahan ini harus
jatuh sebelum 2014. pernah dengar?" kata SBY. Menurut SBY, gerakan
ini terus mencari-cari kesalahan pemerintah. Gerakan ini dimotori
kelompok yang tidak mau berjuang melalui jalan demokrasi. Namun,
lanjut SBY, mereka menginginkan kekuasaan di Indonesia. (detik.com, Ahad,18/3/2012).
Dari curhat
diatas, saya mencatat point penting yakni pertama; gerakan aneh,
kedua; adanya target politik SBY harus turun sebelum 2014, ketiga;
caranya dengan mencari titik-titik kesalahan atau kelemahan pemerintahan SBY,
keempat; yang memotori adalah kelompok yang kontra demokrasi, tidak mau
mengadopsi jalan demokrasi. Sebagian khalayak akhirnya menerka siapakah yang
dimaksud oleh SBY dengan gerakan aneh tersebut? Jikalau SBY adalah orang yang
jujur dan konsisten dengan ucapannya, maka ia telah memberikan indikasi yang
cukup transparan tentang siapa gerakan aneh tersebut. Karena tiga point
berikutnya itu bisa dijadikan guiden untuk mengeja hakikat gerakan tersebut. Lain
perkara kalau ternyata ucapan-ucapan SBY itu hanya ngibul dan mencari perhatian
publik untuk membangun citra dirinya dan partai PD yang babak belur karena
skandal korupsi.
Gerakan aneh?
Dalam tinjauan
bahasa, ungkapan “gerakan aneh” konotasinya bisa menunjuk satu
entitas atau beberapa entitas tertentu. Bisa juga menjelaskan tentang satu
aktifitas atau tindakan dari entittas tertentu. Bisa juga hanya menunjuk kepada
individu tertentu dan aktifitas dari individu tertentu.Bahkan sekaligus
menunjukkan arti sebuah entitas atau individu dengan aktifitasnya. Sekalipun
bahasa SBY masih ambigu, namun menurut saya “gerakan aneh” dalam kontek
pernyataan SBY lebih mengarah kepada beberapa komunitas dengan aktifitas
politiknya.
Pertama, komunitas ini bisa di dalam parlemen oleh
para politikus yang menjadi kepanjangan tangan partai politiknya. Atau
orang-orang yang ada didalam pemerintahan SBY sendiri.Dan kedua,
komunitas ini ada diluar pagar parlemen dan pemerintahan. Pertanyaan krusial,
benarkah mereka yang ada didalam parlemen dan duduk dipemerintahan SBY punya
target menjatuhkan SBY sebelum 2014?, rasanya sulit dipercaya untuk saat ini.
Sekalipun
diparlemen ada yang oposan terhadap pemerintahan SBY yang disokong partai
koalisi, tetap saja pertarungan mereka dengan segala problem yang dijadikan
amunisi pertarungan itu lebih condong demi suksesi 2014. Jika sebagian partai
oposisi tidak puas dengan pemerintahan SBY itu iya, bahkan melabeli dengan
“rezim SBY gagal” memimpin dan mengelola negeri ini.Sekalipun saat ini koalisi
pendukung pemerintahan SBY tidak solit terkait kenaikan BBM, itu semua juga
tidak mengarah kepada upaya pemakzulan SBY. Tapi lebih kepada jurus “cari
selamat” untuk menjaga citra partai dihadapan publik demi pundi-pundi suara
untuk kepentingan diberbagai laga kekuasaan. Oleh karena itu “gerakan aneh”
bukan menjadi label untuk komunitas intraparlement. Apalagi untuk orang atau
komunitas tertentu yang saat ini masih menjadi bagian dari rezim SBY.
Kemudian
bagaimana dengan komunitas ekstra parlement? Ungkapan “gerakan aneh” ,
keambiguannya bisa disasarkan kepada banyak kelompok dengan gerakan-gerakan
politiknya. Bisa jadi yang dimaksud SBY adalah; barisan sakit hati yang tidak
dapat jatah “kue” kekuasaan dan mereka juga tidak memiliki kekuatan di
parlemen, jumlah orang-orang ini tidak banyak. Kemudian barisan orang-orang
yang mengusung “revolusi” ala kaum kiri dan jumlah mereka juga tidak
signifikan. Atau berikutnya adalah barisan dari kelompok Islamis, dan kelompok
ini terpolarisasi dalam dua wajah yaitu pragmatis dan ideologis. Dan mungkin
juga ada simbiosis antara barisan ektsra parlement yang pragmatis dengan
orang-orang intraparlement yang oposan terhadap kekuasaan.
Namun ada yang
perlu dicatat, bahwa kelompok jenis kedua (ekstra parlemen) ini memiliki spirit
yang “identik”. Berdasarkan argumentasi masing-masing akhirnya sampai kepada
kesimpulan pentingnya ganti Rezim SBY dan bahkan ganti rezim dan sistemnya.Artinya
sama-sama menghendakai perubahan dari yang sekadar ganti Rezim SBY sampai
revolusi ganti rezim dan ganti sistem. Baik apakah target perubahan tersebut
hanya berangkat dari paradigma yang pragmatis atau visioner ideologis.
Mengikuti logika
dan pernyataan SBY dalam bentuk indikasi-indikasi yang ia ungkapkan, maka
“gerakan aneh” tersebut konotasi yang dimaksudkan adalah komunitas kedua, yang
menolak perubahan dengan mekanisme demokrasi dan teknik strateginya adalah
dengan mengungkapkan kesalahan-kesalahan pemerintahan SBY. Dengan target
munculnya distrush rakyat terhadap penguasa, kemudian dari sana diharapkan ada
pergolakan politik yang bisa melahirkan perubahan radikal dilevel rezim dan
sistem.Dari titik sini, saya mencoba berkesimpulan “gerakan aneh” tersebut
adalah kelompok sosialis/sosdem dengan kelas-kelas pendukungnya.Dan
pendukungnya tersebut baik yang berada di luar kekuasaan dan parlement atau
yang ada didalamnya kekuasaan saat ini (menjadi seorang pengkhianat) dan yang
ada diparlement (partai oposisi).Dan yang berikutnya adalah kelompok Islamis
pragmatis dan Islamis ideologis.Dan untuk kelompok-kelompok Islamis ini oleh
media dan pemerintah yang selalu dicitrakan sebagai gerakan radikal, ekstrim,
fundamentalis dan bahkan teroris.Sekalipun sebenarnya yang paling mengetahui
maksud ucapan “gerakan aneh” itu adalah SBY sendiri. Dan target politik ucapan
tersebut juga SBY sendiri.Benar tidaknya ucapan itu juga ia sendiri.
Kenapa aneh?
Kenapa muncul
gerakan aneh?, tentu ini tidak lepas
dari pemerintahan SBY sendiri yang justru aneh. Kalau sekiranya negara
ini dikelola dengan benar dan bisa melahirkan kemakmuran dan keadilan, tentu
dengan sendirinya bisa mereduksi munculnya “gerakan aneh” yang hendak
menjatuhkan SBY. Mengapa sebagian masyarakat terlibat dalam “gerakan aneh”? ya,
karena mereka ingin perubahan dan tidak mau tinggal diam dengan keadaan “aneh”
yang tidak wajar sebagai warga negara dengan segala haknya. Rakyat melihat
banyak kebijakan penguasa yang tidak pro rakyat, tapi hanya pro kepada pemilik
modal. Bahkan pro kepada kepentingan asing. Rakyat menjadi budak dinegerinya
sendiri, para pejabat dan penguasa lebih sibuk mengurusi kepentingan pribadi
dan kelompok dibanding mengurusi rakyat.Sektor kehidupan ekonomi dan hukum
tidak memberikan ruang untuk mayoritas rakyat bisa bernafas lega dengan
kemakmuran dan keadilan.Dan lebih parah lagi adalah wajah-wajah politikus
(parpol) yang mengklaim sebagai wakil rakyat, tapi semua itu ilusi bahkan
keberadaan mereka lebih banyak melahirkan bencana kepada rakyat dengan
kebijakan dan regulasi produk mereka.Ini khas kehidupan masyarakat yang berdiri
diatas sistem sekuler kapitalis dengan sistem politik demokrasinya.
Oleh karena itu,
jika iklim “busuk” setiap hari menyengat hidung rakyat kemudian rakyat mencoba
untuk “berontak” ingin membuang sumber “bau busuk” itu apakah aneh?,maka dengan
logika ini siapa sebenarnya yang aneh?, “gerakan aneh” atau presidennya yang aneh?.
Maka wajar curhat
SBY tentang “gerakan aneh” oleh sebagian orang dinilai tidak lebih sebagai
bentuk halusinasi. Dan itu
muncul karena Presiden terjebak dalam kegamangan. Disandera oleh mafia ekonomi
politik dan dipaksa menaikkan harga BBM oleh mafia Migas.Dan itu semua
melahirkan perlawanan politik dari masyarakat.Bahkan bisa juga munculnya
pengkhianatan dari partai koalisi atau lebih dekat lagi membelotnya orang-orang
disekitar lingkaran kekuasaan SBY jika tekanan publik begitu massif.
Saya melihat ucapan SBY sebagai
presiden tentu dengan kalkulasi yang cukup, dengan infrastruktur politik yang
ada. Misalkan pasokan intelijen dari BIN dan sumber lainya, bisa mengukur
sesungguhnya dinamika dilapangan sejauh apa terkait respond dan gejolak
masyarakat atas keputusan pemerintah. Kalau berangkat dari statemen dari BIN, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Letnan Jenderal Marciano Norman mengaku belum ada
ancaman langsung kepada presiden. Ia menyebut Aksi protes atas kenaikan bahan
bakar minyak (BBM) masih sebatas pada ketidakpuasan kebijakan pemerintah. "Saya
rasa yang selama ini kita lihat tidak ada ancaman yang langsung,"
ujarnya ketika dijumpai usai Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden,
Jakarta, Rabu (Metrotvnews.com,21/3/2012). Nah, ini berbeda jauh dengan curhat
SBY. Maka curhatan SBY tidak lebih sebagai salah satu bentuk pengalihan isu, memecah
perhatian publik dan upaya membangun citra pribadi dan partai. Dan sekaligus sebagai langkah preventif, jika
betul terjadi upaya penggulingan kekuasaan atas dirinya sebelum 2014 maka ia
sebagai presiden sejak awal telah membuat “musuh” bersama yakni “gerakan aneh”
dengan indikasi yang telah ia ungkapkan.
Maka saat ini, momentum rencana
kenaikan harga BBM betul-betul menjadi pintu masuk pertarungan antara “gerakan
aneh” Vs “presiden aneh”.Wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar untuk "“Gerakan Aneh” Vs “Presiden Aneh”"