Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Nikmatilah Jalan Kebenaran

Jalan kebenaran itu sulit dan berat serta sarat dengan cobaan, penuh onak dan duri pula. Semua orang
Perjuangan dalam menyuarakan syariah dan khilafah
mengetahui hal ini secara meyakinkan tanpa ada keraguan sedikit pun. Bagaimana tidak, mereka menyaksikan dan mendengar penderitaan kaum Muslim yang berjalan di jalan ini. Mulai dari tuduhan sebagai kelompok radikal ekstrim, penghinaan, pembatasan hak bahkan pembunuhan. Lihatlah saudara kita di berbagai belahan dunia.

Kendati sulit dan berat, orang Mukmin menikmati dan menyukai jalan kebenaran ini serta menemukan kenikmatan di dalamnya, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sebab, kenikmatan tersebut hanya dirasakan oleh orang-orang yang merasakannya. Nikmatnya jalan kebenaran ini meringankan segala kesulitan, memudahkan segala kesusahan, membuat rintangan menjadi ringan, menjadikan seseorang ridha dengan Allah, kendati ia, misalnya, menjalani masa yang paling sulit sekalipun.

Tidakkah kita melihat seorang sahabat mulia, Haram bin Milhan ra., saat ditusuk dengan tombak, lalu tombak itu dicabut dari tubuhnya dan ia melihat darah mengucur dari tubuhnya, ia malah berkata, "Demi Allah, aku beruntung." (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Demikian pula dengan Sahabat yang mulia Utsman bin Madz'un. Matanya dicukil setelah ia menolak berada dalam perlindungan orang musyrik dan lebih senang dalam perlindungan-Nya. Walid bin Mughirah berkata kepada Utsman bin Madz'un, "Demi Allah, wahai keponakanku, dulu matamu sehat dan tidak seperti ini, sebab engkau dalam perlindungan yang kuat." Utsman bin Madz'un menjawab, "Demi Allah, mataku yang sehat perlu merasakan juga apa yang dirasakan mata-mata lain di jalan Allah. Sesungguhnya aku berada dalam perlindungan pihak yang lebih kuat daripada dirimu." (HR Abu Nuaim)

Bahkan, tidakkah kita mendengar kata-kata Khalid bin Walid, "Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada malam saat aku mendapat pengantin atau saat aku diberi kabar kelahiran anak laki-laki." (HR Ibnu Mubarak dan Abu Nuaim)

Bahkan Shalahudin al-Ayyubi, karena cintanya kepada jihad serta merasakan nikmatnya kematian dan kelelahan di jalan Allah, tidak menyukai kehidupan model istana dan bermewah-mewahan. Ia menyukai hidup di kemah dan padang pasir.

Ada lagi yang lain, yakni Umair bin Abi Waqqash ra. Ia adalah adik Saad bin Abi Waqqash ra. Ia baru berumur enam belas tahun saat perang Badar. Ia pergi ke medan perang dan bersembunyi dari penglihatan Rasulullah saw. karena khawatir dipulangkan. Ketika Rasulullah saw. mengetahui keinginan dan semangatnya untuk berperang, Beliau mengizinkannya berperang. Umair bin Abi Waqqash pun bertempur hingga terbunuh sebagai syahid. (HR al-Hakim dan Ibnu Saad)

Diriwayatkan dari Anas ra., ia berkata: Ketika perang Uhud kaum muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. Abu Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya. Abu halhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur tanah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat, ia membawa satu wadah anak panah kemudian berkata, "Aku akan menebarkannya  untuk Abu Thalhah." Kemudian Nabi saw. berdiri tegak untuk melihat orang-orang. Maka Abu Thalhah berkata, "Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan berdiri tegak, nanti panah-panah orang akan mengenaimu, biarkan aku yang berkorban jangan engkau..." (Mutafaq 'Alaih)

Orang-orang yang disebutkan di atas menikmati sekaligus merasakan manisnya berjuang dan berkorban di jalan kebenaran dan merasakan manisnya hingga tidak merasakan berat dan sulitnya jalan kebenaran. Bahkan manisnya jalan kebenaran yang mereka rasakan mampu mengubah siksaan menjadi nikmat, rasa pahit menjadi manis, kesusahan terasa mudah dan sesuatu yang mahal terasa murah. Mereka mencintai sesuatu yang Allah cintai. Ini tentu tingkatan tinggi dan agung. Siapa yang diberi jalan untuk meraih tingkatan tersebut, sungguh berarti ia telah diberi jalan meraih kebaikan yang sangat besar.

Semoga di era digital dengan sosial media yang sangat ramai ini, kita mampu memanfaatkannya untuk berjalan di jalan kebenaran. #yukberbagi

[diolah dari buku 'Pesan-pesan menggugah untuk pengemban dakwah' karya Dr Najih Ibrahim]

Posting Komentar untuk "Nikmatilah Jalan Kebenaran"