Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ibroh dari Perundingan Rasul saw dengan Para Pemimpin Quraisy


Nasab Rasulullah Saw
Nasab Rasul Saw 
..... Para pemimpin Quraisy yakin bahwa Utbah bin Rabi'ah tidak mampu memberikan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan Muhammad agar berhenti dari menyebarkan pemikiran-ppemikiran (Islam), dan menyeru manusia agar memeluknya. Karenanya, mereka semakin marah, sebab masalah Muhammad tidak mampu mereka atasi. di Mekkah Islam terus menyebar dari rumah ke rumah, dan hari demi hari pengikut Muhammad terus bertambah. Sedangkan kaum Quraisy tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk memburu dan menekan para pengikut Muhammad saw. Tekanan yang mereka lakukan tidak berpengaruh sama sekali, sebaliknya tekanan itu justru menambah keteguhan dan kesabaran mereka. Untuk itu, mereka bersepakat untuk mempertemukan Muhammad dengan para pembesar Quraisy dari tiap suku. Mereka adalah Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb, an-Nadham bin al-Harits, Abu al-Bakhtari bin Hisyam, al-Aswad bin al-Muthathalib, Zam'ah bin al-Aswad, al-Walid bin al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Umayyah, al-'Ash bin Wail, Nubaih dan Munabbih keduanya putra al-Hajjaj, dan Umayyah bin Khalaf.

Setelah beliau (Rasul saw) berada di hadapan mereka, mereka berkata:
"Wahai Muhammad, demi Allah, kami belum pernah tahu bahwa ada orang di antara bangsa Arab yang mengajari kaumnya seperti yang kamu ajarkan kepada kaummu. Kamu mencaci-maki nenek moyang-nenek moyangnya, agamanya dan Tuhannya, melecehkan mimpi-mimpinya, menceraiberaikan persatuannya, sehingga tidak satu pun perkara buruk yang tersisa kecuali kamu datang menyerangnya di tengah-tengah kami. Jika kedatanganmu dengan membawa perkara (Islam) ini hanya untuk mendapatkan harta, maka kami telah mengumpulkan harta-harta kami untukmu, sehingga kamu akan menjadi orang terkaya di antara kami. Jika yang kamu inginkan kemuliaan, maka kamu jadikan ketua kami, sehingga tidak satu pun perkara yang diputuskan tanpa kamu. Jika kamu ingin jadi raja, maka kami jadikan kamu raja kami. Dan jika yang datang kepadamu itu khadam jin yang menguasai kamu, maka akan kami berikan harta-harta kami untuk mendapatkan dokter yang dapat membebaskan kamu darinya"

Rasulullah saw berkata: 
"Aku tidak seperti yang kamu katakan. Aku datang dengan membawa perkara (Islam) ini kepada kalian sedikitpun tidak untuk mencari harta, kemuliaan dan kekuasaan, namun Allah mengutusku menjadi rasul untuk kalian. Dia telah menurunkan kitab kepadaku, dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira sekaligus pemberi peringatan kepada kalian. Untuk itu kami sampaikan kepada kalian risalah (ajaran) Tuhanku dan aku nasehati kalian agar mengikutinya. Jika kalian mau menerima dariku apa (ajaran) yang aku bawa untuk kalian, maka hal itu untuk kebaikan kalian sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Jika kalian menolaknya, maka aku akan tetap sabar demi menjalankan perintah Allah, sampai Allah memberi keputusan antara aku dan kalian"

Demikian sikap yang harus dimiliki oleh para pengemban ideologi dan para juru dakwah, yaitu sikap tidak mau melakukan bargainning, apalagi menukarnya dengan kesenangan-kesenangan dunia.

Ada orang mengatakan, "Muhammad saw diutus untuk menyampaikan risalah dan mendirikan negara yang dapat menerapkan ideologi risalah ini serta mempercepat sampainya kepada tujuan-tujuannya. Kalau begitu, kenapa ketika belliau ditawari kekuasaan dan kepemimpinan oleh kaum Quraisy beliau tidak mau menerimanya?" 
Di sini kami akan menjelaskan beberapa poin politis terpenting terkait dengan penolakan Rasulullah saw terhadap tawaran tersebut.
  1. Negara manapun tidak akan tegak di atas dukungan rakyat yang baru saja dimulai. Sebab, tidak akan kokoh dan kuat negara yang hanya didirikan oleh sekelompok orang. Mengingat dukungan ketika itu belum memenuhi syarat untuk mendirikan negara yang diinginkan Rasulullah saw, maka beliau pun menolak tawaran tersebut.
  2. Negara membutuhkan pada aparat manusia yang benar-benar percaya dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Ketika kekuasaan itu ditawarkan kepada Rasulullah saw beliau belum menyiapkan aparat yang memadai yang mampu memberikan kepuasaaan ketika ditugasi mengurusi administrasi dan hal-hal yang terkait langsung dengan tugas-tugas negara. Sebab, tidak mungkin suatu negara tegak dengan bantuan orang-orang yang sama sekali tidak percaya, apalagi ikhlas dalam bertugas.
  3. Negara yang tegak di tengah-tengah musuhnya akan benar-benar menjadi negara yang tidak berdaya untuk memperluas kekuasaannya, di samping beresiko sekali, sebab mereka akan memata-matainya. Untuk itu, selama Rasulullah saw masih belum mampu pada periode ini untuk memperluas kekuasaannya di tengah-tengah kaum Quraisy, maka langkah terbaik bagi beliau adalah menunda dulu berdirinya negara sampai beliau benar-benar mampu.
  4. Negara yang diinginkan Rasul saw adalah negara yang dibangun sendiri bersama-sama generasi-generasi Islam, bukan negara ciptaan musuh-musuh Islam. Kepemimpinan yang diinginkan beliau adalah kepemimpinan yang diberikan kaum muslimin, yang kaum muslimin benar-benar berkuasa dengan kepemimpinan itu. Jadi, beliau tidak menginginkan kepemimpinan yang dengan kepemimpinan itu beliau hanya menjadi buruh musuh-musuh Allah, serta memusuhi ideologi yangg beliau emban. sebab, negara yang demikian ini tidak mungkin mampu menjalankan kedaulatannya dengan sempurna dan menegakkan ideologinya sesuai yang diinginkan.

Maka, demi semua itulah Rasul saw menolak kekuasaan yang ditawarkan kaum musyrikin kepada beliau.

Diolah dari: Sirah Nabawiyah - Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw, Prof. Dr Muh. Rawwas Qol'ah Jie, Al-Azhar press, 2011. SubBab: Para Pemimpin Quraisy berkumpul untuk berunding, hal. 65-66

Posting Komentar untuk "Ibroh dari Perundingan Rasul saw dengan Para Pemimpin Quraisy"