Fenomena Awkarin, Menggagas Konsep Perlindungan Anak Yang Menyeluruh
Belum hilang dalam ingatan kita sosok Yuyun
yang menjadi korban dari remaja nakal di kotanya. Kini hadir sosok Awkarin
(Karin Novilda) yang fenomenal mengguncang jagat dunia maya. Awkarin muncul
dengan segala tingkah polah yang seronok dan vulgar, baik dari segi berpakaian
maupun berpacaran. Yang menjadi masalah, sosok tersebut kemudian meroket cepat
mendapatkan banyak sekali follower di instagram dan video di youtube yang dia
unggah mendapatkan jutaan view. Orang mungkin terheran-heran, bagaimana mungkin
sosok lugu dengan prestasi akademik yang bagus bisa berubah drastis saat menempuh jenjang
pendidikan SMA, hanya dalam waktu 3 tahun saja.
Fenomena Awkarin menurut kami adalah contoh
kecil perubahan yang terekspos oleh dunia maya. Jumlah sebenarnya perubahan
anak-anak kecil yang baik-baik saja menjadi 'luar biasa' sebenarnya banyak, dan
sangat banyak. Untuk direnungkan, jika kita sebagai pendidik di Taman
Pendidikan Al Quran (TPA), berapa persen dari mereka (anak-anak kecil yangsholeh dan sholehah) yang tetap bertahan memakai kerudung hingga jenjang
pendidikan SMA. Berapa persen dari santri laki-laki yang masih mengerjakan
sholat 5 waktu. Sedikit bukan? Tentu kejadian ini membuat kita sadar, bahwa ada
masalah dalam kehidupan ini yang harus kita selesaikan. Bukan dengan sembunyi
mengasingkan diri dari kehidupan serta hanya membentuk komunitas yang homogen
tentunya. Karena kita adalah bagian dari sistem kehidupan yang lebih luas.
Kita harus berani jujur untuk mengatakan
bahwa sistem kehidupan yang saat ini dipakai di Indonesia bukanlah sistem
kehidupan Islam. Tak mengherankan jika kita katakan, fenomena Awkarin dan
berbagai kerusakan moral yang ada lahir dari sistem kehidupan bukan Islam ini.
Mengapa demikian? Sistem kehidupan yang saat ini dipakai (baca: kapitalisme)
lahir dari gagasan tentang kebebasan dan asas manfaat. Banyak hal boleh
dilakukan karena merasa bahwa manusia bebas melakukan hal tersebut. Suatu
perbuatan boleh diambil asal parameter bermanfaat terpenuhi. Inilah mengapa
muncul orang yang berfikiran mencari uang dengan memperlihatkan bentuk tubuh
boleh-boleh saja, karena itu merupakan kebebasan individu dan bermanfaat. Dan
masih banyak fenomena lain tentunya.
Mencoba berempati, bisa dikatakan bahwa
fenomena Awkarin dan yang lainnya adalah korban dari model kehidupan yang
bermasalah ini. Lantas bagaimana sikap kita sebagai muslim memandang hal
tersebut? Jargon-jargon 'Kembali Kepada Al Quran dan Sunnah', 'Islam adalah
Agama Sempurna', 'Muslim Bertauhid', 'Mengikuti Rasul dan Para Sahabat' dan
semisal perlu diejawantahkan lebih lanjut dalam konsep kehidupan, bukan hanya
dalam kesholehan pribadi saja.
Jika kita melihat kembali bagaimana Islam
memandang kehidupan. Akan kita dapati bahwa Islam mengatur kehidupan juga, jadi
Islam bukan sekedar agama ritual ansich. Kita akan menjumpai ternyata Islam
mengatur masalah sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem sangsi, sistem
ekonomi, bahkan hingga sistem pemerintahan. Kesemua hal tersebut baiknya kita
pandang dari sudut keimanan, jika itu sebuah perintah dari Sang Pencipta, maka
sebagai muslim dan muslimah, kita harus berupaya agar terealisasi dalam
kehidupan. Dan ketika konsep pengaturan kehidupan dalam Islam itu bisa
terealisir dalam kehidupan, kami yakin dapat melindungi anak secara menyeluruh,
sehingga fenomena Awkarin-Awkarin yang lain bisa dicegah dan diminimalisir
dengan maksimal.
Wallahu alam bishowab.
Oleh : Suryono [Founder Kaos Bapak Sholeh]
Posting Komentar untuk "Fenomena Awkarin, Menggagas Konsep Perlindungan Anak Yang Menyeluruh"