Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wanita itu adalah Ibuku

Gambaran Ibu
Pagi itu mendung menggelayut tebal di atas langit, gelap! karena sinar mentari di balik mendung tak mampu menembus awan tebal yang tiada bercelah. Duduk di sebuah tikar seorang ibu sambil menggenggam tangan kiri ke dua anaknya.
Di depan mereka, terbujur tubuh yang berwajah pucat, dingin dan terbungkus kain kafan. Arin, anak yang berumur 2 tahuh bertanya dgn nada yg masih cedhal
"Ibu kenapa mata Ayah ditutupi kapas?"
Si Ibu tersenyum sambil menjawab "Karena bapak sudah tidak bisa melihat dhek Arin lagi"

"Mata Ayah kenapa tidak bisa melihat dhek Alin lagi?" Tanya Arin sambil terus memperhatikan wajah bapaknya.
Ibunya dengan lembut menatap anaknya sambil tersenyum, ia jawab pertanyaan anak itu "karena bapak sudah bobo, dan bobonya lamaaaa sekali... tidak bisa dibangunkan."

"kok bapak bobo lama-lama bu?
terus nanti adhek belmain sama siapa bu?
adhek mau bobo sama bapak saja boleh bu?" lanjut Arin.

Si Ibu terus berusaha menenangkan diri sambil mengusapkan tangannya pada pipi yang mulai terkena lelehan air mata yang tak kuasa terbendung.
"Adhek belum boleh bobo sama bapak dulu. kata bapak kemaren, adhek boleh ikut bobo kalo adhek sudah besar dan sudah menjadi anak yang sholehah. sudah punya uang banyak untuk dibagi-bagi kepada teman-teman adhek yang belum punya uang. Ya! kan masih ada ibu. Nanti dhek Arin maen sama ibu, sama mbak Sasa, sama Simbah, sama Om, gimana? Setuju?"

"emmmm, tapi kemalen bapak janji mau beliin adhek sepeda balu" Jawab Arin
"adhek sayang sama ibu tidak?" Tanya Ibu sambil memeluk Arin.
"adhek cayang Ibu," Jawab Arin.
"Ibu juga sayang sama Arin, nanti beli sepedanya sama ibu ya..., kalau sudah dikasih rezeki lagi sama Allah"
Arin mengangguk tanda setuju.
"Oh iya, ibu punya ayam goyeng kesukaan Arin? Arin mau? itu dibawa om Rio..."

Arin langsung lari meninggalkan ibu menuju om Rio yang sudah melambaikan tangan padanya.
Kemudian Ibu mendekatkan dirinya pada Sasa yang dari tadi diam, namun wajahnya terlihat muram dan matanya berkaca-kaca.
"Sasa, dengarkan ibu nak..." kata Ibunya,

Sasa mengangkat kepala menatap Ibu.
"Besok Sasa tidak usah mencari bapak lagi ya... kan sudah ada ibu, Arin, Simbah, Om dan bulik di sini menemani Sasa. Besok yang nganter ke sekolah ibu, belajar juga sama Ibu, nanti masuk ke SD juga sama Ibu. Sasa tidak usah sedih. Ibu sayang sama Sasa." Ucap ibu sambil mencium kening anaknya yang mulai mengerti dengan apa yang terjadi dengan bapaknya.

Sasa mengangguk kemudian memeluk Ibunya dengan erat. Ibunya tersenyum, "mbak Sasa memang anak kebanggaan bapak dan ibu yan pinter."

1 bulan setelah kejadian itu berlalu, ibu yang tidak memiliki pekerjaan sebelum bapak meninggal, mulai kebingungan mencari pekerjaan. Apalagi ia hanya lulusan kelas 2 SD.
Akhirnya ia memutuskan untuk ikut dalam rombongan petani yang pekerjaannya adalah menuai padi dari satu sawah ke sawah yang lain sedangkan upah yang didapat berupa beras sekitar 15% dari hasil yang ia kerjakan.

Ia bekerja dari pagi sampai maghrib. kadang, kalau tidak ada sawahyang harus dipanen, ia mencari pekerjaan di pasar-pasar dari mulaiburuh angkat-ankat, mengupas bawang, mengupas melinjo, ataupun menjadi buruh pijit.

kalau hari sudah masuk tengah malam, ia tidak berani pulang, ia tidur di emper-emper toko beralaskan kardus bekas. Ketika hujan datang dan ia kedinginan, ia berselimut kardus dan selembar kain jarik yang ia bawa. Sedangkan si anak yang ia tingal di rumah, sudah terbiasa ditinggal ibunya, berdua tidur dengan simbahnya.

Begitulah kehidupannya, tanpa mengenal lelah, memabanting tulang demi menghidupi anaknya. Hingga ketika anaknya menginjak usia sekolah, keduanya memperlihatkan prestasi prestasi yang gemilang. Walau sang ibu bukan lulusan sarjana namun ia bertekad menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang lebih tinggi.

wanita super tegar dan hebat itu adalah ibukku
Wanita yang mengagumkan dan mencurahkan semua, apapun yang ia bisa lakukan untuk anaknya...
Wanita yang bersahaja...
Wanita yang hanya lulus sampai kelas 2 SD...
Wanita yang telah membawaku ke jenjang pendidikan ini...

Ia adalah ibuku...
Harus bagaimana ananda membalas jasamu yang tidak bisa terbilang...
Harus bagaimana ananda membalas tulus cinta da kasih sayangmu yang tida bersyarat...
Harus bagaimana ananda membalas ilmu kehidupan yang engkau alirkan ke dalam jiwa kami, sehingga menjadi orang-orang yang berguna dan tegar seperti yang engkau ajarkan...

Ibu...
Ketegaranmu...
Pengorbananmu..
Keikhlasanmu..
Menginspirasi setiap langkah hidupku...
Terima Kasih Ibu...

[Buletin Jumat, DPK BKPRMI Banguntapan, 13/01/12]
................................................
semoga menginspirasi sahabat semua...
Mari kita berbakti kpd kedua orang tua kita...
Jadilah anak yang membuat mereka bangga membesarkan kita..


2 komentar untuk "Wanita itu adalah Ibuku"